Mereka Hidup dari Trading

It’s not what you know that can get you into trouble, it’s what you don’t know. Trading forex, indeks dan komoditas sebagai mata pencarian? Mengapa tidak? Hanya mereka yang tahu industrinya dengan baiklah yang berani melakukan trading for living.

Mereka Hidup dari Trading

(SWA, Edisi 06/2014) – Jumat malam. Pasar sedang menunggu pengumuman neraca perdagangan dan inflasi di Amerika Serikat. Pengumuman itu berarti pengaruh bagi pergerakan pasar selanjutnya, tepatnya hanya beberapa detik setelah disiarkan. Maka, para nasabah PT. Askap Futures (sekarang, PT. MRG Mega Berjangka) berkumpul di ruang trading besar yang dilengkapi televisi yang siap menyiarkan pengumuman dari The Fed itu. Mereka siap masuk ke pasar dan mengambil posisi buy atau sell.

Suasana malam itu terasa sangat santai. Ghandi Thoro, salah satu nasabah yang datang terlihat begitu santai dengan kaus warna merah, celana pendek selutut warna krem dan sandal. Pria 24 tahun yang masih tercatat sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Sahid itu telah aktif melakukan trading sejak tahun 2013. Pengalaman untung-rugi pun langsung dialaminya di awal.

Ia mulai dengan membuka akun mini senilai Rp 5 juta saja. Dalam sebulan ia langsung berhasil memperoleh akumulasi keuntungan Rp 2-3 juta. Namun, keuntungan itu ludes hanya dalam dua hari, dan dana miliknya yang tersisa tinggal Rp 4 juta. Thoro menyadari bahwa untuk trading mutlak dibutuhkan perencanaan trading. Setelah mulai terbiasa dan lebih mengerti strategi trading, Thoro mulai berani masuk dengan dana lebih besar, yaitu sekitar Rp 50 juta. Kini, ia bisa beroleh akumulasi keuntungan rata-rata 10% per bulan.

Selain Thoro, ada Kevin dan Siska yang juga tercatat masih duduk di bangku kuliah. Kevin mengaku baru 6 bulan terakhir ini mulai aktif trading forex. Ia tertarik karena modal awal yang dibutuhkan tidak terlalu besar, hanya Rp 5 juta. “Kalau dibanding saham, untuk pelatihan dan buka akun di sekuritas saja total bisa Rp 20 jutaan,” ujar Kevin.

Kevin pernah pula mengalami kerugian hingga sekitar Rp 6 juta. “Itu setelah saya top up modal jadi Rp 10 juta. Karena saya tidak cut loss, jadinya rugi. Padahal trading itu harus direncanakan dari awal,” papar Kevin yang masih kuliah di Jurusan Komunikasi Universitas Bunda Mulia. Kini setidaknya ia memasang stop loss jika dananya berkurang Rp 250 ribu.

Sementara itu, Siska yang mengetahui soal bursa berjangka ini dari Kevin, mengaku tertarik pula pada trading forex. Namun, ia masih mempelajari lebih jauh bisnis ini dan sedang belajar trading dari demo account.

Lalu ada pula Kartini, Pemasaran Senior PT. MRG Mega Berjangka, yang mengelola dananya sendiri di bursa berjangka. Sebelumnya, ia bekerja sebagai profesional di beberapa perusahaan asing. Jabatan terakhir sebelum memutuskan full time di bisnis perdagangan berjangka adalah Spesialis Channel Motorola Asia Pasifik. “Dulu saya masuk bisnis ini sebagai investor di tahun 1997-1998. Motivasi awalnya sih karena ingin punya penghasilan tambahan. Setelah menikah dan punya anak, inginnya punya banyak waktu untuk keluarga, tapi juga punya uang yang banyak. Jadi sekalian saya putuskan full time di bisnis ini,” ujarnya sambil tertawa.

“Tadi saya sell emas. Sekarang harga sudah turun ke 1.336,” kata Kartini senang. Ia mengambil kesempatan untuk masuk pasar malam itu dengan posisi sell pada emas Loco London di harga 1.343. Meskipun saat ini rata-rata Kartini mampu membukukan keuntungan 10%-15% per bulan, ia sempat merugi besar di awal. Tak tanggung-tanggung Rp 200 juta – yang merupakan uang tabungannya dan dana keluarganya – melayang di bursa berjangka. “Tentu sempat trauma. Tapi, akhirnya saya belajar lagi,” ungkap Kartini.

Tentu saja, jika ingin membeli suatu barang kita harus tahu benar spesifikasi barang itu. Apalagi produk keuangan seperti investasi dan asuransi, mengetahui secara benar fitur produk yang kita beli adalah harga mati. Jika tidak, siap-siaplah merugi atau tidak mendapat manfaat sesuai dengan yang diharapkan.

Tito Hayunanda juga telah 2,5 tahun terakhir ini melakukan trading for living. Pendiri dan CEO Traders Family – perusahaan konsultan bagi para calon investor bursa berjangka di bawah bendera PT iMedia Trend – ini memang memulai kariernya sebagai tenaga pemasaran di sebuah perusahaan pialang berjangka yang berbasis di Hong Kong.

Pria kelahiran Jakarta 4 September 1985 ini mengaku tak menyukai bekerja kantoran. “Saya ini dulu gamer addict banget. Gamer itu selalu ingin mengalahkan game yang dimainkannya. Jadi trading ini seperti game yang harus dimenangi,” ujur lulusan Sastra Mandarin dari Universitas Bina Nusantara ini.

Jika dihitung-hitung, sejak 3 November 2011 saat pertama kali trading dengan dana sekitar US$ 10 ribu hingga, Tito telah berhasil membukukan return rata-rata 18% per bulan. Namun tak hanya untung, rugi banyak pun pernah dialaminya. Uang senilai Rp 50 juta yang berhasil ia lipat gandakan hingga menjadi Rp 170 juta dalam waktu seminggu ludes hanya dalam satu jam. “Setelah itu saya nggak keluar kamar dua minggu,” katanya mengenang sambil tertawa.

Toh, kerugian besar itu pula yang menjadi pelajaran berharga baginya dan menumbuhkan kedisiplinannya dalam trading. “Kalau rugi ya kita harus berani cut loss. Jangan sampai selalu berharap pasar berbalik arah, tidak cut loss dan akhirnya malah rugi banyak. Dulu kan saya tidak cut loss, kalau rugi saya inject dana lagi,” ia menjelaskan.

Memang, dibanding saham, trading forex, indeks ataupun komoditas dinilai jauh lebih beresiko. Gerakan yang terbilang fluktuatif, terutama pada indeks, membuat para pelaku pasar harus sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan. Di sini tak ada istilah investasi jangka panjang seperti pada saham yang dapat dibiarkan hingga bertahun-tahun.

Banyak orang yang kapok trading forex, indeks dan komoditas. Akan tetapi, bagi beberapa orang, seperti Tito misalnya, trading semacam ini merupakan keasyikan tersendiri. Sebab, dapat dilakukan dari mana saja, tidak membutuhkan jam kantor yang pasti, dan yang pasti dapat menghasilkan uang selama tahu strategi yang tepat untuk meraup untung. “Kadang saya masuk pasar sambil menunggu dosen di kampus,” ujar Thoro.

Hal yang perlu diperhatikan dalam trading

Ada beberapa hal yang patut diperhatikan oleh calon investor atau trader dalam melakukan trading forex, indeks dan komoditas. Tentunya, seorang calon investor harus mengerti cara trading, mempelajari pergerakan pasar secara fundamental dan mempelajari berbagai alat analisis teknisnya. Selain itu, calon investor pun perlu memilih perusahaan pialang berjangka yang tepat. Tepat di sini berarti perusahaan pialang berjangka itu merupakan perusahaan pialang yang memiliki sistem yang baik dan transparan, dan bukan perusahaan pialang yang nakal atau kecenderungan merugikan nasabahnya.

Tito menjelaskan, ada berbagai cara perusahaan pialang nakal itu menggangu kegiatan trading nasabahnya. Misalnya, nasabah sulit memperoleh harga yang diinginkan. “Kalau kita ingin ambil posisi di pasar, tapi saat kita klik di sistem, kita sulit dapat harga yang diinginkan. Itu istilahnya requote. Misalnya, kita ingin beli emas di harga 1.360, tapi begitu kita klik ternyata sistem menampilkan bahwa harganya telah bergerak ke angka 1.362, lalu sistem akan mengonfirmasi, apakah kita tetap ingin membeli di harga yang sudah naik, dan ketika kita oke lalu mengklik harga baru itu, ternyata harga sudah bergerak lagi ke 1.364, dan kembali sistem mengonfirmasi pada kita. Itulah yang dinamakan requote,” Tito menjelaskan.

Sistem yang baik seharusnya membuat nasabah langsung mendapatkan harga yang diinginkan begitu ia mengklik harga tersebut, dan bukannya yang terjadi reqoute terus-menerus. “Yang lebih parah lagi, jika requote itu terjadi ketika kita akan keluar dari pasar atau istilahnya melikuid dana kita. Saat kita sudah profit atau ingin cut loss, harga yang kita klik tidak langsung kita dapatkan, akhirnya setelah kita rugi banyak baru dapat harganya,” Tito menambahkan.

Gema Merdeka Goeyardi, yang telah 7 tahun malang melintang di dunia future trading, pernah pula mengalami masalah serupa dari berbagai perusahaan pialang berjnagka, yang pernah ia menjadi nasabahnya. “Saya pernah trading di broker luar, dana saya US$ 5 ribu, saya sudah pasang stop loss, tapi lalu sistemnya mati selama dua hari. Kemudian begitu nyala, uang saya hilang. Saya protes, tapi pihak perusahaan pialang itu menolak dengan alasan saya telah menyetujuinya, dan bahwa mereka tidak bertanggung jawab untuk kerusakan teknis,” pendiri & CEO Astronacci International ini menceritakan pengalamannya.

Selain itu, Gema pernah pula berhasil melipatgandakan uangnya di bursa berjangka, dari hanya US$ 5 ribu menjadi US$ 52 ribu hanya dalam waktu dua malam. Namun, ia mengaku dipersulit saat akan menarik keuntungannya oleh perusahaan pialang berjangka di mana ia trading saat itu.

Gema pun pernah menangkap basah perusahaan broker di mana ia bertransaksi, mempermainkan harga pada grafik di sistem yang mereka miliki. “Karena itu, meskipun perusahaan pialang itu menyediakan sistem, saya tidak mau hanya berpatokan pada chart yang mereka tampilkan. Tapi saya juga lihat Bloomberg. Waktu itu grafik di sistem yang disediakan perusahaan broker tempat saya trading menunjukkan saya mengalami kerugian, tapi di saat yang sama saya cek Bloomberg, ternyata grafik perusahaan broker itu menipu,” ia berkisah.

Selain itu, beberapa perusahaan pialang nakal juga kerap mengiming-imingi calon nasabahnya dengan mengatakan bahwa trading di bursa berjangaka itu high return low risk. Hal itu tentu bakal segera membuat tergiur calon nasabah yang benar-benar awam dunia trading di bursa berjangka. Apalagi para staf pemasaran perusahaan pialang berjangka itu, selain yang posisinya di level manager, kebanyakan masih fresh graduate atau belum berpengalaman di bidang ini. Padahal, para staf pemasaran yang tergolong baru itu sering mengaku kepada calon nasabah bahwa mereka telah cukup berpengalaman.

Bappebti selaku Otoritas Pemerintah

Pada dasarnya, Bappepti telah menetapkan aturan bahwa setiap nasabah perusahaan pialang berjangka harus melakukan trasnsaksinya sendiri, dan bukan menggunakan jasa tenaga pemasaran perusahaan pialang, meskipun tenaga pemasaran itu memiliki serifikat Wakil Pialang Berjangka. Akan tetapi praktiknya, masih banyak perusahaan pialang berjangka yang mendorong nasabahnya untuk membiarkan dananya dikelola tenaga pemasaran perusahaan itu. “Kami di MRG Mega Berjangka selalu menekankan pada nasabah bahwa transaksi harus dilakukan oleh nasabah sendiri, bukan tenaga pemasaran kami. Dan, password akun mereka juga harus mereka sendiri yang pegang, tidak boleh diberikan ke orang lain. Kalau pun nasabah ingin memercayakan dananya di-trading-kan oleh orang lain, orang itu haruslah orang kepercayaannya,” Steven G. Tunas, GM PT. MRG Mega Berjangka, menjelaskan.

Para pelaku trading for living ini menyesalkan, mengapa keuntungan dari perdagangan di pasar berjangka ini tidak dikenai pajak seperti transaksi pada saham yang dikenai pajak final 0,1%. Karena dengan tidak adanya pajak, maka dana yang mereka peroleh dari bursa berjangka mudah sekali dicurigai sebagai uang hasil penggelapan dana. Gema bahkan mengaku, keuntungannya dari trading di bursa berjangka ia alihkan ke saham atau properti agar dikenai pajak.

Saat dikonfirmasi mengenai hal ini, Fuad Rahmany, Dirjen Pajak, mengatakan, pengenaan pajak atas transaksi di bursa berjangka ini masih dikaji di Direktorat Jenderal Pajak. Memang sangat beralasan jika regulator melirik dana yang berputar di bursa berjangka ini sebagai objek pajak mengingat angkanya yang tidak sedikit.

Tito bahkan menceritakan, salah seorang rekannya yang terbilang sangat “berada” pernah melakukan trading saat terjadi Tsunami di Jepang, dan dengan percaya diri langsung membuka posisi buy di mata uang Yen dengan nilai 10 lot besar alias US$10 ribu. Namun, selanjutnya pergerakan pasar malah turun, sehingga ia terpaksa menunggu arah pasar berbalik. “Teman saya itu memiliki posisi open hingga 350 lot besar, dananya sempat floating sampai Rp 2,3 miliar dan dia menunggu arah pasar berbalik selama 7 bulan sebelum akhirnya untung Rp 1, 8 miliar. Tapi setelah itu dia tidak mau trading lagi. Dia tidak menganggap bisnis ini bisnis yang bagus, karena menurut dia dananya sempat tergerus hingga Rp 2, 3 miliar. Kerugian itu tidak direalisasikan, tapi keuntungannya hingga Rp 1,8 miliar,” tuturnya.

Dan, pelaku pasar yang sekali trading langsung menggelontorkan dana besar semacam itu tidak sedikit. Konglomerat besar pun banyak yang turut bermain di bursa berjangka. Mereka bahkan tak segan merekrut trader andal yang digaji sebagai professional untuk mengelola dana pribadi mereka di pasar forex, indek ataupun komoditas.

 

Trik melakukan trading forex, indeks dan komuditas

  • Mulailah dulu dengan dana yang kecil. Saat ini nasabah dapat membuka akun mini dengan hanya Rp 5 juta dan trading dengan lot mini senilai US$ 100.
  • Memilih perusahaan pialang berjangka yang menunjukkan transparansi, dan kejelasan soal berbagai aturan yang diterapkan.
  • Calon nasabah sebaiknya berhati-hati terhadap perusahaan pialang yang banyak memberikan tawaran menggiurkan tetapi tidak jelas, seperti besaran komisi yang bisa dinegosiasikan atau bahkan modal dapat dikembalikan, dll.
  • Memiliih perusahaan berjangka yang menyediakan sistem yang baik (chart yang benar dan tidak terindikasi menipu nasabahnya).
  • Saat trading, untuk memastikan tidak terjadi manipulasi dari perusahaan pialang, trader/investor dapat mengecek sistem lain yang menunjukkan pergerakan pasar secara real time, misalnya Bloomberg.
  • Lakukan trading saat suasana hati sedang senang.
  • Memiliki perencanaan trading, seperti berapa keuntungan yang ditargetkan, risiko yang bersedia ditanggung, dan tentukan stop loss.
  • Jika ingin mengejar gain saat adanya momen tertentu, tetap harus menganalisis fundamental secara benar.

 

As seen on :

 

You may also like to read :